Tutorial: Bagaimana Melindungi Keluarga Anda Dari Hoax

Terlalu banyak info berseliweran membuat kita mencapai level jenuh-pengetahuan. Kejenuhan itu dicapai karena pengetahuan yang tersebar kebanyakan adalah sampah, dan alih-alih mencerdaskan malah menyesatkan. Sedih miris gimana rasanya saat bertebaran info untuk melakukan ini dan itu demi melawan asap pembakaran hutan, mengantisipasi kekeringan, atau mengatasi TDL yang akan naik. Info-info yang diberikan bakal menimbulkan kekonyolan massif jika dilakukan oleh banyak orang yang percaya begitu saja.

Karena itu, demi melindungi intelektualitas keluarga tercinta, ada baiknya anda melakukan hal-hal berikut ini:

1. Tanamkan tentang otoritas keilmuan pada orang-orang tercinta. Betul bahwa ini bukan zaman abad pertengahan, ketika ilmu pengetahuan dikuasai eksklusif oleh para gerejawan. Tapi ilmu pengetahuan saat ini begitu massif, dan hanya orang-orang yang berdedikasi tinggi bekerja dalam bidang ilmu tertentu sajalah yang layak dirujuk. Bukan berarti harus cari profesor, seorang otodidak pun perlu dihargai atas keseriusannya. Sedalam apakah ia menguasai pengetahuan tersebut? Jadi begitu dapat berita, cek dulu, siapa yang bicara? Dapatkah ia dipercaya? Jangan hanya berpegang pada “dia orang baik kok”, ” dia orang jujur”, yang kita cek adalah kemumpuniannya. Itupun bukan untuk ditelan bulat-bulat. Kita tetap harus berpikir dengan kritis menyikapi berbagai penemuan atau pernyataan para ilmuwan. Logiskah? Konsistenkah dengan prinsip ilmu yang mendasar? Apa ada perbedaan pendapat di antara para ilmuwan terkait hal itu? Apa saja bedanya dan alasannya?

2. Bukan hanya sumber, cek isi beritanya. Pilih kata-kata kunci dalam berita tersebut lalu lakukan googling-research sebentar saja–atau lama tergantung kebutuhan–. Usahakan mendapat penjelasan dari sumber-sumber akademik. Jika tidak minimal wikipedia sudah dibaca.

3. Jika terkait hitung-hitungan, statistik, efisiensi, lakukan perhitungan ulang. Benarkah?

4. Jika terkait kutipan, cari tahu persis di mana, dalam buku apa, dalam kesempatan apa teks tersebut disebutkan oleh orang yang diklaim sebagai sumbernya. Jangan terkecoh, bahkan salah satu media kelas internasional saja sempat salah kutip Putin.

5. Tanamkan sikap skeptis, terutama pada berita sosmed. Pada zaman saat orang bahkan bisa berkhotbah sambil nongkrong di WC, radar kita harus waspada.

Tantangan Menjadi Pembaca Media (Bagian 1)

Kebebasan berwacana dan maraknya jurnalisme warga (citizen journalism) memang menimbulkan banyak efek pada struktur pengetahuan masyarakat. Arus informasi yang lalu lalang seringkali menimbulkan kebingungan bahkan keraguan dalam membaca realitas. Perbedaan sumber berita menghasilkan perbedaan kisah yang tajam. Laporan  yang satu bersebrangan dengan kesaksian yang lain. Pertanyaanpun muncul: “ Apa yang sebenarnya terjadi?”

Continue reading “Tantangan Menjadi Pembaca Media (Bagian 1)”